Mengenai Saya

Foto saya
palabuhanratu, sukabumi/jawa-barat, Indonesia
menyajikan apa yang terjadi dengan aktual dan cepat

PEDULI PALABUHANRATU

form action="http://seputarpalabuhanratu.blogspot.com/search" method="get">

Kamis, 03 Juni 2010

Ratusan Kafe Remang – remang dan Prostitusi Liar Marak di Citepus

Palabuhanratu memang terpencil, tapi praktik maksiat tumbuh subur di kabupaten ini. Warung remang-remang begitu merebak di kawasan wisata sepanjang pantai Citepus Palabuhanratu,begitu juga dengan praktik prostitusi liar.

Warung dan Kafe remang-remang yang menyediakan karaoke maupun warung gedek makin menjamur di kawasan ini. Tentu saja, pemilik kafe-kafe jalanan itu menyediakan minuman beralkohol. Juga para “Jablay” sebutan perempuan yang siap menemani tamunya bernyanyi dan minum hingga mabuk.

Diperkirakan, terdapat lebih dari 116 warung dan kafe dan makin bertambah sebanyak 70 warung, Ujar Tamsul kepala resort konservasi wilayah II sukabumi.

Kata dia,lagi itu tanggung jawab pemegang IPPA (izin pengusahaan pariwisata alam) yang dipegang oleh CV Batu Alam, selaku pemegang izin tersebut

Awalnya warung dan kafe tersebut hanya melayani para wisatawan yang berwisata pantai, tapi semakin hari kegiatannya sudah makin tak jelas, pihak konservasi tidak dapat bertindak dengan banyaknya warung dan kafe yang makin marak itu, tandas Tamsul.

Warung dan kafe yang pada malam harinya berubah fungsi menjadi diskotik dan karaoke dengan lampu warna-warni serta dentuman music yang hingar bingar, tampak jelas terlihat disepajang kawasan obyek wisata ini.

Menyikapi hal itu pengasuh pondok pesantren Asy Syithibiyah di kp.Jamban rt 3 rw 15 Palabuhanratu H. Useh Akhmad sangat tidak setuju dengan adanya warung dan kafe yang dijadikan tempat prostitusi terselubung, mengingat dampak dari semua itu akan mengikis norma-norma agama dan aqidah masyarakat secara keseluruhan.

Kami selaku ulama hanya dapat berbicara dan tak dapat berbuat apa –apa, karena tidak pedulinya pemerintah daerah selaku penguasa di Kabupaten,seakan-akan tempat tersebut dilindungi dan ada pembiaran sehingga tumbuh marak.

.
Ditempat terpisah, ketua yayasan pondok pesantren Miftahul Falah desa Citepus D. Supandi, juga merasa gerah dengan maraknya warung dan kafe liar itu, karena sudah tidak sesuai dengan fungsinya dan mereka beoperasi sampai dini hari,dengan mengeluarkan suara dentuman musik yang hingar binger.

“Kami mohon secepatnya pemkab menertibkan warung dan kafe yang sudah tidak sesuai dengan fungsinya ini, tandasnya (Blog)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar